Minggu, 06 Maret 2016

8 Kiat Bersikap Qona'ah

Qona’ah ada!ah sikap rela dan menerima apapun pemberian Allah . Qona’ah merupakan hal yang sangat berat dilakukan, kecuali oleh mereka yang senantiasa memelihara diri dan Keburukan jiwa, kebakhilan dan ketamakannya. Manusia memang diciptakan dalam keadaan memiliki rasa cinta terhadap harta benda dan urusan duniawi Iainnya. Meski demikian, kita dituntut untuk mengendalikan donongan hawa nafsu, sehingga terhindar dari sifat tamak, dan mengantarkan kita bersikap Qona’ah. Apa saja langkah yang harus Kita lakukan agar menjadi pribadi yang Qona’ah?

1. Memperkuat keimanan kita kepada Allah .

Iman adalah hal yang sangat esensi dalam Islam. Tak ada artinya amal perbuatan sebaik apapun jika tidak dilandasi dengan iman di dalam hati. Salah satu wujud keimanan adalah membiasakan hati untuk menerima apa yang kita terima, karena hakikatnya itu adalah pemberian dari Allah . Kita harus bersyukur dan merasa cukup. Iman akan memperkaya hati, sehingga membuat dunia justru mengikuti kita. Sebaliknya, apabila keadaan hati kita fakir, meskipun kita punya kekayaan dunia yang melimpah ruah, kita akan terus menerus merasa kurang. Kita tidak akan merasa cukup dengan apa yang dimiliki, karena adanya kerakusan  didalam hati kita. Hal inilah yang kemudian akan membuat kita menderita.

2. Yakin bahwa rezeki dijamin oleh Allah .
Seorang muslim harus yakin bahwa rezekinya sudah dijamin oleh Allah sejak dirinya masih berupa janin di dalam rahim ibunya. Rasullulah bersabda, “ Kemudian Allah mengutus kepadanya (janin) seorang malaikat lalu diperintahkan menulis empat kalimat (ketetapan), maka ditulislah rezekinya, ajalnya, amalnya, celaka dan bahagianya.” (HR Bukhari, Muslim dan Ahmad)

3. Mempelajari ayat-ayat Al-Qur’an.
Al-Qur’an adalah kompilasi yang sempurna berisi pedoman hidup bagi manusia untuk meraih kebahagiaan dan keselamatan dunia dan akherat. Untuk menjadi manusia yang Qona’ah, membaca dan mempelajari ayat-ayat Al-Quran adalah langkah yang tidak boleh ditinggalkan.

4. Renungi hikmah perbedaan Rezeki.
Salah satu wujud keagungan Allah SWT adalah Dia menentukan perbedaan rezeki dan kedudukan di antara hamba-hamba-Nya di dunia. Untuk menjadi manusia yang Qona’ah, hendaknya kita senantiasa memetik hikmah dari perbedaan tersebut.

5. Banyak memohon qona’ah kepada Allah.
Rasul adalah manusia paling Qona’ah. Beliau ridho atas apa yang ada dan selalu merasa cukup serta mensyukuri apa yang dimilikinya. Beliau juga seorang yang paling kuat imannya. Kendati demikian, beliau tiada pemah surut meminta kepada Allah, agar diberikan kemampuan untuk bersikap qona’ah. Sebagaimana doa beliau, “Ya Allah, berikan aku sikap Qona’ah terhadap apa yang Engkau beri kan kepadaku, berkahilah pemberian itu dan gantilah segala yang luput hilang dariku dengan yang lebih balk.” (HR Hakim). 

Sikap qona’ahnya juga terlihat dan sikap beliau yang tidak meminta kepada Allah , kecuali sekedar mencukupi kebutuhan hidupnya saja. Bahkan beliau memohon,” Ya AlIah, jadikan rezeki keluarga Muhammad hanyalah kebutuhan pokok saja.”(HR Bukhari, Muslim dan Tirmidzi).

6. Menyadari bahwa rezeki tidak diukur dengan kepintaran.
Sikap Qona’ah juga bisa diraih jika kita senantiasa menyadari bahwa perolehan rezeki tidaklah sepenuhnya dipengaruhi faktor kepintaran. Meskipun memang bahwa kepintaran adalah salah satu jalan untuk memperoleh limpahan rezeki. Kesadaran seperti ini amat penting, karena pada kehidupan nyata, tidak jarang kita menemukan bahwa orang dengan pendidikan rendah atau kepintaran biasa biasa saja, justru dikaruniai rezeki yang lebih berlimpah, daripada mereka yang berpendidikan tinggi dan lebih pintar.

Oleh karenanya, kesadaran ini penting kita miliki agar terhindar dari sikap dengki dan iri ketika hal ini menimpa kepada diri kita. Rasul bersabda, “Janganlah kalian saling membenci, Janganlah kalian saling mendengki, janganlah kalian saling membelakangi (saling berpaling) dan Janganlah kalian saling memutuskan. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.”(HR Muttafaq’alaih)

7. Banyak melihat pada yang lebih rendah dalam hal duniawi.
Dalam urusan dunia, hendaklah kita melihat kepada orang yang keadaannya lebih rendah. Kurangilah melihat kepada yang lebih tinggi, karena hal itu akan menyeret kita menjadi orang yang kufur terhadap nikmat Allah .
Rasul bersabda, “Lihatlah kepada orang yang lebih rendah daripada kamu, dan Janganlah melihat kepada orang yang lebih tinggi darimu. Yang demikian lebih layak agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah. “ (HR Bukhari Muslim)

8. Menyadari beratnya tanggung jawab harta.
Rasul bersabda, “Pada hari kiamat, kedua kaki seorang hamba tidak akan bisa beringsut, sampai dia ditanya mengenai empat hal Yaitu, umurnya dihabiskan untuk apa, masa mudanya digunakan untuk apa, hartanya diperoleh dari mana dan diinfakkan kemana, serta apa yang telah diamalkan dan ilmu yang diketahuinya (HR. Tirmidzi)

Mari kita tafakuri hadits tersebut. Khusus tentang harta, seorang hamba ditanya dua kali, yaitu darimana memperoleh” dan “kemana membelanjakannya’

Wallahu a’lam bissahwab.

Sumber :
KH. Abdurrahman Navis Lc, M.Hi
Rubrik Konsultasi Agama Majalah Nurul hayat Edisi 145 hal. 14

Tidak ada komentar: