Selasa, 15 Desember 2015

Ujung dari Idealisme

Ada tiga orang pemuda sedang duduk-duduk minum kopi dipagi hari di dapur, sementara itu ada pula 3 orang anak kecil yang bermain dilantai. Saat itu salah seorang bertanya, apa yang akan dilakukan bila tiba-tiba ada bahaya datang yang mengancam keselamatan. Dan masing – masing pemuda itu memiliki pendapat yang nyaris sama, yaitu pertama yang dilakukan adalah menolong anak-anak kecil yang sedang bermain dilantai itu.

Hingga suatu beberapa saat kemudian, tiba-tiba klep pengaman pada alat masak bocor,  karena alat itu memiliki tekanan yang tinggi, alat itu meletus dan menimbulkan ledakan asap diruang itu.  Dalam sekejap semua orang sudah ada diluar dapur kecuali anak-anak yang bermain dilantai.

Dikisah yang lain, serombongan pemuda yang dengan heroik meneriakkan tentang keadilan, kemakmuran, dan kepentingan khalayak banyak ketimbang kepentingan pribadi.  Mereka berteriak teriak dengan begitu semangatnya dari waktu ke waktu.
Pada suatu ketika, mereka berkesempatan berdialog dengan seorang pejabat yang memiliki posisi yang tinggi dipemerintahan, dan oleh kebanyakan pemuda yang hadir, mereka menilai bahwa pejabat tersebut tidak pro kerakyatan, lebih mementingkan golongan dan pribadi sendiri.

Dan ketika beliau ditanya tentang hal itu, dia menjawab… “  Saya juga pernah seperti kalian, berteriak lantang menentang ketidak adilan disaat itu, bahkan suara saya jauh lebih keras dibanding dengan suara kalian, walau dibawah todongan senjata.... “

Renungan :

Kebanyakan orang berbicara idealisme yang berlebihan, dan hal itu serta merta berubah ketika menghadapi fakta yang terjadi kemudian.  Cerita pertama menggambarkan, betapa keselamatan pribadi merasa lebih penting ketika dalam keadaan darurat, tanpa mengindahkan kesepakatan ataupun tekat apapun yang telah dibuat sebelumnya.  Dalam cerita kedua, ternyata kemakmuran pribadi, kebanyakan membuat orang menjadi lupa tentang apa yang pernah dikritiknya habis habisan.

Tidak ada komentar: