Ini adalah catatan kecil Pengajian malam jum’at malam yang diisi oleh seorang kiai asal solo Jawa tengah, tapi saya tidak tahu namanya.. dengan gaya bahasa yang tegas tapi santun membahas soal prilaku orang-orang beriman. Beliau mencontohkan bagaimana akhlak Nabi besar Muhammad SAW seorang insan mulia yang memiliki akhlak yang luar biasa, yang sudah barang tentu, beliau adalah figur yang spesial, panutan bagi kaum muslimin. Dari ketinggian
akhlaknya maka pantaslah jika Beliau benar-benar jauh dan dijauhkan dari dosa dan kesalahan. dan dalam pengajian ini pula bapak kiai menjelaskan ada 4 amalan yang super berat yang pernah disampaikan oleh seorang sahabat Nabi, Sayyidina Ali.Ra saat itu.. berikut 4 amalan tersebut :
akhlaknya maka pantaslah jika Beliau benar-benar jauh dan dijauhkan dari dosa dan kesalahan. dan dalam pengajian ini pula bapak kiai menjelaskan ada 4 amalan yang super berat yang pernah disampaikan oleh seorang sahabat Nabi, Sayyidina Ali.Ra saat itu.. berikut 4 amalan tersebut :
1. Memberi maaf ketika sedang marah
Bisakah, ketika kita sedang dalam kemarahan yang begitu hebatnya kepada seseorang, dengan muka memerah sampai gigi geraham pun berbunyi. namun disaat itu pula kita masih sanggup memaafkannya?.. ini adalah kondisi yang sulit, dimana kita harus berhasil menguasai hati dan pikiran, membelokkannya 180 derajat berlawanan dengan apa yang kita rasakan saat itu. Sesuatu yang terdengar mustahil, dan tak mungkin dilakukan, sehingga pantas bila Sayyidina Ali.Ra yang juga Menantu Nabi Muhammad SAW, menggolongkannya sebagai suatu amalan yang berat. Mungkin hanya orang orang yang telah diberkahi keimanan dan ketinggian akhlaklah yang sanggup melakukannya. Seperti halnya Nabi Muhammad SAW yang ketika itu membalas lemparan batu, hinaan dan cercaan dengan doa mohon pengampunan untuk mereka yang menganiayanya. Bahkan hebatnya disaat kekejaman itu dialaminya, nabi tidak marah.. Mari kita bertanya pada diri kita masing-masing, sanggupkah kita melakukan point yang pertama ini? Yaitu merubah hati yang sedang dalam kemarahan menjadi hati yang pemaaf?
2. Memberi sedekah ketika sedang kesusahan
Disaat kondisi keuangan kita lagi pas pasan, bahkan kalau dihitung-hitung dengan apa yang harus dikeluarkan bisa jadi kurang, lalu tiba-tiba ada seorang pengemis yang benar-benar membutuhkan uluran tangan kita untuk memohon sedekah apa yang kita miliki itu.. Sebagian besar orang pasti akan mempertimbangkan untuk lebih memperhatikan kebutuhannya sendiri. Dan berpikir 1000 kali untuk berani mengulurkan tangan buat pengemis itu. Ini juga merupakan situasi yang rumit yang butuh kelapangan dan kebesaran jiwa untuk bisa melakukannya. Mari kita jawab dalam hati kita masing-masing, seandainya kita yang ada disituasi seperti itu, sanggupkah kita memberikan sesuatu yang kita sendiripun sangat membutuhkannya?
3. Menjaga kehormatan disaat sendirian
Sudah lazim, bahwa semua perbuatan yang tak baik itu akan dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Karena tidaklah wajar jika perbuatan tak senonoh dipertontonkan kepada orang banyak.. atau bila ada yang nekat melakukan demikian, maka perlu dipertanyakan kewarasannya. Sebagian besar orang yang telah terbawa oleh hawa nafsunya disaat sendiri dan ingin melakukan kemungkaran, dia tidak sadar dan benar-benar melupakan bahwa Allah SWT juga menyaksikan apa yang akan diperbuatnya. Namun yang diperhatikan menganggap tidak ada satupun yang tahu dan melihatnya, sehingga dia merasa aman dan tidak ada yang perlu dikawatirkan. Kadang malah dikondisi kejiwaan seseorang yang ekstrem, dia bahkan tidak takut walaupun dia juga menyadari bahwa tindakan salahnya itu disaksikan oleh penciptanya. Mari bertanya pada diri kita masing-masing, beranikah kita melakukan kejahatan disaat-saat sendiri dan menganggap Allah tidak ada dan tidak memperhatikan?
4. Berani menyampaikan kebenaran
Berani menyampaikan kebenaran kepada sesama. Mungkin menasehati kawan untuk tidak berbuat kemungkaran adalah hal yang mudah. Kawan akan lebih memahami itu adalah sebuah nasehat dari seorang sahabat. Namun bagaimana bila kebenaran itu akan disampaikan kepada pimpinan / penguasa? Adakah keberanian untuk melakukannya? dan disinilah kesulitannya. Sebagian besar orang akan lebih memilih jalan aman, yaitu diam dan menghiyakan apapun tindakan prilaku pimpinannya. Bahkan lebih buruk lagi bila seseorang itu ternyata malah mengikuti jejak pimpinannya itu dan ikut dalam konspirasi jahatnya. Mari bertanya kepada diri kita masing-masing, Misal kita adalah seorang karyawan, dan ternyata kita melihat dengan kepala dan mata sendiri pemimpin kita melakukan, misal tindak korupsi atau kejahatan lainnya.. apakah kita berani dan sanggup menasehatinya? Atau bila dikondisi lain ketika pimpinan kita malah memberikan kita bagian dari kejahatan itu agar kita tutup mulut, apakah kita akan menerimanya, atau dikondisi lain ketika kita menolak konsekwensinya kita kehilangan pekerjaan..? mari dijawab dalam hati kita masing-masing…
Bisakah, ketika kita sedang dalam kemarahan yang begitu hebatnya kepada seseorang, dengan muka memerah sampai gigi geraham pun berbunyi. namun disaat itu pula kita masih sanggup memaafkannya?.. ini adalah kondisi yang sulit, dimana kita harus berhasil menguasai hati dan pikiran, membelokkannya 180 derajat berlawanan dengan apa yang kita rasakan saat itu. Sesuatu yang terdengar mustahil, dan tak mungkin dilakukan, sehingga pantas bila Sayyidina Ali.Ra yang juga Menantu Nabi Muhammad SAW, menggolongkannya sebagai suatu amalan yang berat. Mungkin hanya orang orang yang telah diberkahi keimanan dan ketinggian akhlaklah yang sanggup melakukannya. Seperti halnya Nabi Muhammad SAW yang ketika itu membalas lemparan batu, hinaan dan cercaan dengan doa mohon pengampunan untuk mereka yang menganiayanya. Bahkan hebatnya disaat kekejaman itu dialaminya, nabi tidak marah.. Mari kita bertanya pada diri kita masing-masing, sanggupkah kita melakukan point yang pertama ini? Yaitu merubah hati yang sedang dalam kemarahan menjadi hati yang pemaaf?
2. Memberi sedekah ketika sedang kesusahan
Disaat kondisi keuangan kita lagi pas pasan, bahkan kalau dihitung-hitung dengan apa yang harus dikeluarkan bisa jadi kurang, lalu tiba-tiba ada seorang pengemis yang benar-benar membutuhkan uluran tangan kita untuk memohon sedekah apa yang kita miliki itu.. Sebagian besar orang pasti akan mempertimbangkan untuk lebih memperhatikan kebutuhannya sendiri. Dan berpikir 1000 kali untuk berani mengulurkan tangan buat pengemis itu. Ini juga merupakan situasi yang rumit yang butuh kelapangan dan kebesaran jiwa untuk bisa melakukannya. Mari kita jawab dalam hati kita masing-masing, seandainya kita yang ada disituasi seperti itu, sanggupkah kita memberikan sesuatu yang kita sendiripun sangat membutuhkannya?
3. Menjaga kehormatan disaat sendirian
Sudah lazim, bahwa semua perbuatan yang tak baik itu akan dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Karena tidaklah wajar jika perbuatan tak senonoh dipertontonkan kepada orang banyak.. atau bila ada yang nekat melakukan demikian, maka perlu dipertanyakan kewarasannya. Sebagian besar orang yang telah terbawa oleh hawa nafsunya disaat sendiri dan ingin melakukan kemungkaran, dia tidak sadar dan benar-benar melupakan bahwa Allah SWT juga menyaksikan apa yang akan diperbuatnya. Namun yang diperhatikan menganggap tidak ada satupun yang tahu dan melihatnya, sehingga dia merasa aman dan tidak ada yang perlu dikawatirkan. Kadang malah dikondisi kejiwaan seseorang yang ekstrem, dia bahkan tidak takut walaupun dia juga menyadari bahwa tindakan salahnya itu disaksikan oleh penciptanya. Mari bertanya pada diri kita masing-masing, beranikah kita melakukan kejahatan disaat-saat sendiri dan menganggap Allah tidak ada dan tidak memperhatikan?
4. Berani menyampaikan kebenaran
Berani menyampaikan kebenaran kepada sesama. Mungkin menasehati kawan untuk tidak berbuat kemungkaran adalah hal yang mudah. Kawan akan lebih memahami itu adalah sebuah nasehat dari seorang sahabat. Namun bagaimana bila kebenaran itu akan disampaikan kepada pimpinan / penguasa? Adakah keberanian untuk melakukannya? dan disinilah kesulitannya. Sebagian besar orang akan lebih memilih jalan aman, yaitu diam dan menghiyakan apapun tindakan prilaku pimpinannya. Bahkan lebih buruk lagi bila seseorang itu ternyata malah mengikuti jejak pimpinannya itu dan ikut dalam konspirasi jahatnya. Mari bertanya kepada diri kita masing-masing, Misal kita adalah seorang karyawan, dan ternyata kita melihat dengan kepala dan mata sendiri pemimpin kita melakukan, misal tindak korupsi atau kejahatan lainnya.. apakah kita berani dan sanggup menasehatinya? Atau bila dikondisi lain ketika pimpinan kita malah memberikan kita bagian dari kejahatan itu agar kita tutup mulut, apakah kita akan menerimanya, atau dikondisi lain ketika kita menolak konsekwensinya kita kehilangan pekerjaan..? mari dijawab dalam hati kita masing-masing…
…..Bilamana seseorang sanggup melakukan ke 4 hal
diatas, maka sudah barang tentu keimanannya berada pada level puncak. Dan
hadiah dari itu semua adalah derajat yang tinggi di dunia dan di akherat dari
Tuhan semesta alam. Semoga kita diberi kekuatan dan hidayah untuk sanggup
melakukan, atau setidaknya kita berusaha semampunya sambil senantiasa berharap
pertolongan dan ampunan dari Allah Tuhan kita. amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar