Ini
sebuah contoh dalam kehidupan nyata, Dikota dimana saya tinggal, Ada masjid yang
letaknya kebetulan berseberangan jalan dengan semacam tempat karaoke yang
dibuat semi terbuka. karena hampir setiap hari saya melewati jalan itu, otomatis
saya bisa dengan jelas melihat aktifitas dikedua tempat itu. Namanya juga
masjid dan tempat hiburan, jelas beda, yang satu dari speaker melantunkan dzikir
dan bacaan Al-Quran, sementara yang disebrang jalan dengan musik irama
menghentaknya serta suara suara gelak tawa
. Untuk pengunjung, sudah pasti dapat
ditebak, Masjid hanya didominasi oleh orang-orang beruban, yang bahkan ada
diantaranya untuk berdiri dari sujud atau sebaliknya saja sudah kesulitan. Sementara disebrang jalan dipenuhi oleh
kawula muda yang duduk-duduk melingkar di meja-meja kecil yang berjajar yang
diatasnya ada berbagai jenis minuman dan segala sesuatunya. Saya juga lihat sepintas dari cara berpakaian
khususnya untuk remaja putri, sangat terlihat tidak mencerminkan sebagai
seorang muslimah... dalam benak saya terbersit satu tanda tanya, apakah mereka
juga seorang muslim?
Dari
waktu ke waktu saya terus berpikir dan takut sekali membenarkan kesimpulan yang
ada dibenak saya.. bahwa kalangan remaja mulai lebih dekat dan asyik dengan
dunia ketimbang dengan Rabbnya.. mereka
lebih menyukai berbagai kesenangan duniawi ketimbang memikirkan masa depan yang
hakiki.. berkali-kali saya mencoba menepis anggapan itu, namun kenyataannya,
yang dapat saya amati keseharian memang cenderung seperti itu.
Suatu
ketika saya melihat pola kehidupan disisi yang lain. Remaja-remaja disini
begitu islaminya, cara berbusana, cara bertutur kata, Cara mereka bergaul dan
mereka tampak sekali lebih senang membaca Al-Quran dan mempelajari Ilmu-ilmu
agama ketimbang ngobrol yang tidak ada juntrungnya. Namun sayangnya itu hanya saya
lihat di tempat ini. PESANTREN.
Bicara
soal Akhirat memang dianggap sesuatu yang terlalu berlebihan dikalangan
remaja, karena sebagian mereka beranggapan,
jalan hidup mereka masihlah teramat panjang, mumpung masih muda mari
berfoya-foya, bersenang senang dengan dunia dengan segala tingkah lakunya.. mungkin Begitulah kurang lebih dalam benaknya. Soal Akhirat, mereka
berkeyakinan, bahwa waktu yang ideal untuk mulai mendekat ke Masjid ketika
rambut telah dominan dengan uban. Padahal,
siapa yang berani jamin masih ada hari esok untuknya?
Islam
adalah agama besar, tapi bila keadaan ini terus berlarut-larut.. dimana generasi
mudanya lebih akrab dan dekat pada kesenangan dunia dan menjauh dari aktifitas
rohani, tidaklah mustahil, Islam akan besar secara kuantitasnya saja, Namun menjadi
pertanyaan besar soal kualitasnya. Islamnya hanya Islam secara Administrasi
yang tertulis jelas dalam KTP.
Sebenarnya
bukan masalah besar dan tidaknya, banyak pengikut atau tidaknya, namun semua
berpulang dari masing masing pribadi yang mengaku dirinya Islam. Sungguh banyak prediksi Nabi Muhammad SAW
terhadap prilaku umatnya diakhir jaman, yang ternyata itu benar-benar terjadi.
Berikut beberapa sabda Nabi Muhammad SAW tentang penyakit bathin yang ternyata
telah banyak diderita oleh orang-orang Islam akhir jaman.
“
Kelak akan menimpa umatku penyakit umat-umat terdahulu yaitu penyakit sombong,
kufur nikmat dan lupa daratan dalam memperoleh kenikmatan. Mereka berlomba
mengumpulkan harta dan bermegah-megahan dengan harta. Mereka terjerumus dalam
jurang kesenangan dunia, saling bermusuhan dan saling iri, dengki, dan dendam
sehingga mereka melakukan kezaliman (melampaui batas). (HR. Al Hakim)
“
Ada dua golongan dari penghuni neraka yang Aku tidak sampai melihat mereka
yaitu suatu kaum yang menyandang pecut seperti ekor sapi (yang) dipakai untuk
memukuli orang-orang dan wanita-wanita berpakaian mini, telanjang. Mereka
melenggang bergoyang. Rambutnya ibarat punuk unta yang miring. Mereka tidak
akan masuk surga atau mencium harumnya surga yang sebenarnya dapat dirasakan
dari jarak sekian sekian. (HR. Muslim) “
Nasehat
dan petunjuk jalan ke surga telah diturunkan, namun bila tetap tidak mau
mengindahkannya.. sampai-sampai Nabi bersabda…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar