Salah satu tempat bersejarah
yang perlu dikunjungi umat Islam ketika berhaji, yakni Masjid Qiblatain. Masjid
ini dikenal dengan dua arah kiblat. Masjid yang dulu bernama Masjid Bani
Salamah itu menjadi saksi perpindahan arah kiblat kaum Muslim. Masjid tersebut
terletak di Quba, tepatnya di atas sebuah bukit kecil di sebelah utara Harrah
Wabrah, Madinah. Sejarah masjid dua kiblat ini diawali dengan kedatangan Nabi
Muhammad SAW beserta beberapa sahabat ke Salamah untuk menenangkan Ummu Bishr
binti al-Bara yang ditinggal mati keluarganya.
Ketika itu bulan Rajab tahun 2 Hijriyah,
Rasulullah shalat Dhuhur di Masjid Bani Salamah. Beliau mengimami para jamaah.
Dua rakaat pertama shalat dhuhur masih menghadap Baitul Maqdis, sampai akhirnya
malaikat Jibril menyampaikan wahyu pemindahan arah kiblat. Wahyu datang ketika
lelaki yang dijuluki Al-Amin ini baru saja menyelesaikan rakaat kedua.
Dalam Al Quran surah al-Baqarah ayat 144, Allah berfirman, “ Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu kearah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi al Kitab (Taurat dan Injil memang mengetahul bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Allah dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan”.
Begitu menerima wahyu ini,
Rasul langsung berpindah 180 derajat, diikuti oleh semua jamaah melanjutkan
shalat Dhuhur menghadap Masjidil Haram.
Sejak saat itu, kiblat umat Islam berpindah dari Baitul Maqdis, Palestina (menghadap ke utara dari Madinah), menuju Masjidil Haram ( menghadap arah selatan dari Madinah). Masjid Bani Salamah ini pun dikenal sebagai Masjid Qiblatain atau Masjid Qua Kiblat.
Selain itu, sebuah sumur milik seorang Yahudi bernama Raumah ditebus oleh Usman bin Affan. Sahabat yang dikenal dengan sifatnya yang pemalu ini mewakafkan sumur seharga 20.000 dirham. Sumur itu bisa digunakan selain untuk bersuci dan air minum, juga untuk mengairi taman-taman di sekeliling masjid sampal sekarang.
Sumber : Rubrik Rindu
Baitullah Majalah Nurul hayat edisi 143
Tidak ada komentar:
Posting Komentar