Seorang
pria penebang kayu kehilangan kapaknya. Dia mencurigai bahwa kapak tersebut
dicuri oleh anak tetangganya. Maka untuk beberapa hari lamanya ia mengamati gerak gerik anak itu
dengan cermat. Anak itu berjalan seperti pencuri, melihat seperti pencuri, bergerak
gerik seperti pencuri, dan bicara
seperti pencuri. Setelah beberapa hari kemudian orang itu pergi lagi ke hutan
untuk mencari kayu untuk keperluan sehari-harinya, dan disaat dia akan menebang
kayu dia melihat kapak tergeletak tak jauh dari pohon yang beberapa waktu yang
lalu ditebangnya..
Keesokan harinya, ketika si penebang kayu melihat
anak itu lagi, anak itu berjalan, melihat, bergerak gerik dan berbicara biasa-biasa
saja seperti halnya anak-anak yang lainnya..
RENUNGAN :
Bukankah kita semua kadang-kadang bertindak seperti pria yang kehilangan kapaknya itu? Berprasangka yang tidak baik terhadap orang lain yang belum tentu berbuat seperti yang kita pikirkan.. Selama beberapa hari, si penebang kayu terbelenggu oleh kebencian, keresahan dan itu membuat dia merasa tidak nyaman. dan setiap kali bertemu anak yang dicurigainya, hati dan emosinya langsung bergolak, menuduh, berprasangka dan menghakimi.. akankah perasaan seperti itu layak ada dihati kita? Padahal apa yang kita pikirkan belum tentulah benar.. seandainya si penebang kayu lebih berpikir arif, dia tentu tidak menyia nyiakan waktu dengan mengotori hati dengan mengawasi orang lain.
Alangkah
baiknya orang-orang yang sibuk meneliti aib diri mereka sendiri dengan tidak
mengurusi (membicarakan) aib-aib orang lain. (HR. Ad-Dailami)
Berhati-hatilah
terhadap buruk sangka. Sesungguhnya buruk sangka adalah ucapan yang paling
bodoh. (HR. Bukhari)
1 komentar:
cermin bwt diri sendiri ea gan??? artikel yG menarik.
Posting Komentar