Ada
tiga orang pemuda sedang duduk-duduk minum kopi dipagi hari di dapur, sementara
itu ada pula 3 orang anak kecil yang bermain dilantai. Saat itu salah seorang
bertanya, apa yang akan dilakukan bila tiba-tiba ada bahaya datang yang
mengancam keselamatan. Dan masing – masing pemuda itu memiliki pendapat yang
nyaris sama, yaitu pertama yang dilakukan adalah menolong anak-anak kecil yang
sedang bermain dilantai itu.
Hingga
suatu beberapa saat kemudian, tiba-tiba klep pengaman pada alat masak
bocor, karena alat itu memiliki tekanan
yang tinggi, alat itu meletus dan menimbulkan ledakan asap diruang itu. Dalam sekejap semua orang sudah ada diluar
dapur kecuali anak-anak yang bermain dilantai.
Dikisah
yang lain, serombongan pemuda yang dengan heroik meneriakkan tentang keadilan,
kemakmuran, dan kepentingan khalayak banyak ketimbang kepentingan pribadi. Mereka berteriak teriak dengan begitu
semangatnya dari waktu ke waktu.
Pada
suatu ketika, mereka berkesempatan berdialog dengan seorang pejabat yang
memiliki posisi yang tinggi dipemerintahan, dan oleh kebanyakan pemuda yang
hadir, mereka menilai bahwa pejabat tersebut tidak pro kerakyatan, lebih
mementingkan golongan dan pribadi sendiri.
Dan
ketika beliau ditanya tentang hal itu, dia menjawab… “ Saya juga pernah seperti kalian, berteriak
lantang menentang ketidak adilan disaat itu, bahkan suara saya jauh lebih keras
dibanding dengan suara kalian, walau dibawah todongan senjata.... “
Renungan
:
Kebanyakan orang berbicara idealisme yang berlebihan,
dan hal itu serta merta berubah ketika menghadapi fakta yang terjadi
kemudian. Cerita pertama menggambarkan,
betapa keselamatan pribadi merasa lebih penting ketika dalam keadaan darurat,
tanpa mengindahkan kesepakatan ataupun tekat apapun yang telah dibuat sebelumnya. Dalam cerita kedua, ternyata kemakmuran
pribadi, kebanyakan membuat orang menjadi lupa tentang apa yang pernah
dikritiknya habis habisan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar