Minggu, 25 Agustus 2024

Islam dan Sains : Gunung es di Angkasa

“ Dan Allah menurunkan hujan dan Iangit, lalu Dia menghidupkan dengan air hujan itu akan bumi sesudah matinya; sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat satu tanda ( yang membuktikan kebijaksanaan Allah ) bagi kaum yang mendengar ( peringatan ini dan memahaminya ) ”  (QS. An-Nahl 16:65)

Selama ini, kita belajar bahwa air hujan berasal dari laut yang menguap, berkumpul menjadi awan hujan, lalu airnya turun ke bumi. Hal mi dijelaskan dalam surat yang lain :
 “ Tidakkah engkau melihat bahwa Allah mengarak awan, lalu mengumpulkan,
kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka terlihat olehmu hujan keluar dari celah-celahnya..”
( Q.S. An-Nuur 24:43)
Ayat diatas memang ayat tentang air hujan berasal dan awan. Lantas, apa maksud dan ayat-ayat lain seperti dalam Surat Al Baqarah (2) ayat 22, Surat Ibrahim (14) ayat 32, dan Surat An-NahI (16) ayat 10 yang
menyebutkan bahwa Allah menurunkan air dan langit?
Mari kita simak lanjutan ayat dan Surat An-Nuur (24) ayat 43 di atas,
 “ Dan Dia turunkan juga dari Iangit butiran es laksana gunung-gunung.”
Nah, kalimat tadi semakin ganjil. Selain menurunkan hujan dari awan, Allah juga menurunkan es sebesar gunung dari langit. Misteri ini tersimpan selama ratusan tahun. Para ahli tafsir bingung menafsirkannya.
Sampai pada tahun 1988, Dr. Louis Farnk, ahli fisika dari Lowa, USA, meneliti data - data dari satelit Eksploler I. Satelit ini memotret bumi dengan menggunakan film ultraviolet. Ternyata, dalam foto-foto itu tampak atmosfer bumi yang berlubang di sana sini.
Setelah dianalisis secara mendalam, disimpulkanlah bahwa lubang-lubang tadi hanya bisa terjadi oleh bola salju atau komet es yang menembus dari luar angkasa. Berat tiap komet diperkirakan 100 ton dan kulitnya berlapis hidro-carbon hitam. Garis tengahnya kira-kira 10 meter. Bola-bola es tadi menghujani bumi dalam jumlah besar, yaitu sekitar 10 juta buah dalam setahun, atau 19 buah per menit!.
Dr. Clayne Yeates, ahIl fisika dan Pasadena, California, dengan menggunakan teleskop raksasa, Kitt Peak Observatory di Arizona, menerangkan bahwa bola-bola es tadi meluncur dengan kecepatan sekitar 10 km/detik dan ketinggian 150.000 km, dan mulai pecah menjadi butiran es akibat gelombang udara sangat hangat pada ketinggian 1000 km di atas permukaan bumi. Butiran es tersebut selanjutnya menguap menjadi embun dan turun ke bumi sebagai hujan, bercampur dengan uap air laut. Jelaslah sudah makna ayat-ayat tentang air dari awan dan air dari langit dalam Al Quran.
Dr. Louis Frank menghitung bahwa jumlah air “kiriman” dan angkasa luar itu telah menambah tinggi air laut di permukaan bumi sebanyak 2,5 cm per 10.000 tahun. Proses hujan dan luar angkasa mi telah berlangsung sejak bumi terbentuk atau sekitar 4,9 miliar tahun yang lalu sehingga telah “menyumbangkan” air dalam jumlah yang sangat banyak untuk mencukupi kebutuhan hidup seluruh makhluk di permukaan bumi.  Wallahu a’lam bishawab.
Sumber :  Majalah Nurul Hayat  edisi 142 hal. 20

Tidak ada komentar: