Minggu, 25 Agustus 2024

Bangkitkan Asa Pelaku dosa

Kalau tak hati-hati, kita bisa menjadi sebab seseorang makin jatuh pada kemaksiatan dan dosa.  Bukan karena kita mengajak orang itu bermaksiat, sama sekali bukan.  Justru sebab itu berasal dari sikap dan perkataan yang sepertinya baik, tajam, menghunjam, tapi tidak tepat sasaran. Karena ketidak bijaksanaan memandang pelaku dosa lalu hati terkuasai benci, kata-kata tidak ditata, membuat pelaku dosa justru kehilangan asa.


Padahal tidak ada hak sedikitpun pada kita untuk menghancurkan harapan mereka.  Hak itu semata-mata milih Allah SWT. Harapan itu hanya boleh hancur, ketika kelak sama-sama hidup dialam akherat. Ketika sudah nyata pembangkangan kepada Allah dibawa sampai mati, dan dibangkitkan dalam keadaan membawa tumpukan dosa yang tak tertaubati, su’ul khotimah, saat itulah tidak ada lagi pertolongan dan empati. Sebagaimana digambarkan Allah SWT dalam QS. Al Hadiid: 13 “ pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang beriman, “ tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebagian dari cahayamu “. Dikatakan kepada mereka : kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya untukmu. Lalu diadakan diantara mereka dinding yang mempunyai pintu. Disebelah dalamnya ada rahmat dan disebelah luarnya dari situ ada siksa.”

Akan tetapi sekali lagi itu di akhirat. Adapun didunia, setiap orang punya peluang untuk bangkit dari keterpurukan. Bagi orang-orang yang terpuruk dalam tumpukan dosa, selama nyawa belum sampai dikerongkongan, asal syarat tobat dipenuhi, mereka punya hak dihadapan Allah SWT untuk diampuni. Sementara dari orang-orang mukmin disekelilingnya, mereka punya hak untuk dinasehati dengan baik dan diingatkan dengan ampunan.

Mari sejenak kita mengingati diri sendiri. Betapa diri ini juga tidak bersih dari dosa-dosa. Kalau mau jujur, kita juga adalah pelaku dosa yang kebetulan Allah SWT berkenan menutup aib-aib kita sehingga kita masih tampak baik dan sholeh. Adapun kenyataannya, kita tidak benar-benar yakin apakah kita mulia dihadapan Allah SWT.

Maka ukurlah dengan diri sendiri. Pada saat diri merasa banyak dosa, apa yang kita inginkan dari orang lain? Apakah kita suka bila ada orang lain yang mencela kita? Atau kita merindukan sosok yang mau menasehati, menceritakan kemurahan dan luasnya ampunan Allah SWT. Menceritakan kisah taubatnya kisah pembunuh 99 orang yang masuk surge, menceritakan firman Allah SWT dalam hadist Qudsi bahwa Allah akan tetap mengampuni dan tidak peduli meski dosa, sepenuh langit dan bumi? Sebagaimana kita ingin diperlakukan, seperti itulah orang lain ingin diperlakukan. Sayyidina Ali berkata, “ dunia itu tempat beramal, tidak ada pembalasan. Sedangkan akhirat itu tempat pembalasan, tidak ada amal. Maka beramallah ditempat tidak ada pembalasan untuk bekal dihari tidak ada amal.
Amal bagi mereka yang terpuruk dalam tumpukan dosa adalah segera bertaubat. Sedangkan amal bagi mereka yang melihat orang lain jatuh pada dosa adalah merangkulnya, menyerunya, dan mengangkat setinggi-tingginya harapan bahwa mereka bias beroleh ampunan dari Allah SWT.. Wallahu A’lam bisshowab

Sumber literatur : Majalah Nurul Hayat Edisi 146 Maret 2016

Tidak ada komentar: