Dalam lebih banyak keadaan, Alhamdulillah adalah ungkapan rasa syukur seorang hamba. Kalimah pujian kepada Allah SWT, karena telah diberikan karunia berupa berbagai kenikmatan yang tak terhitung banyaknya. Tapi bagaimana bila keadaan justru sebaliknya? Sedang ditimpa musibah, atau sedang sakit, apakah masih ada ruang untuk mengucapkan Alhamdulillah? Apa yang hendak disyukuri dari sebuah penyakit? Dimana letak kenikmatannya, sehingga perlu disyukuri?
Kita tidak akan memperoleh jawaban atas pertanyaan di atas, bila ukuran nikmat itu adalah kenikmatan fisik atau duniawi. Tentu, orang yang sakit tidak akan menikmati hidup senyaman orang sehat. Sakit adalah kesusahan, penderitaan, dan kesedihan bagi yang mengalami. Sebaliknya sehat adalah kenikmatan dan cerahnya kehidupan. Rasulullah, bersabda, “Dua nikmat yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu luang.” ( HR. Bukhari )
Sabda Rasulullah tersebut menyiratkan bahwa sehat dan waktu luang merupakan sebuah kenikmatan. Maka hal-hal yang berkebalikan dengannya, seperti sakit dan kesibukan yang melelahkan, merupakan bagian dan tercabutnya nikmat. Akan tetapi bersamaan dengan itu, Rasulullah juga mengingatkan, bahwa sehat dan lapangnya waktu juga bisa menjadi pintu kelalaian seorang hamba.
Melalui celah kefahaman inilah kita akan melihat sakit sebagai sebuah pengingat. Lalu kita akan menarik benang merah bahwa orang yang dibuat ingat, hakikatnya ia diberi nikmat. Sakit akan mengantarkan, kalau tidak dibilang memaksa, seorang hamba untuk kembali pada kedudukan aslinya yang ringkih, lemah dan tidak berdaya. Dalam keadaan tak berdaya inilah ada harapan besar manusia mengenal kemuliaan dan keagungan Allah SWT . Saat fisik dalam keadaan tak berdaya, justru dzikirnya menjadi makin memenuhi rasa. Kepada Allah harapnya bertambah, bergantungnya makin besar. Lantas, bagaimana mungkin Allah SWT tak akan memperhatikan hamba-Nya yang telah menyatakan diri lemah dan bergantung penuh kepadaNya? Dalam keadaan seperti ini, kesegeraan sembuhnya akan menjadi karunia, panjangnya masa sakitnya juga tak membuatnya sengsara. lnilah Alhamdulillah yang pertama.
Dalam masa-masa perenungan, kesendirian, dan kesabaran saat sakit inilah kemudian Allah menambahkan janji-janji kebaikan. Salah satunya, disabdakan oleh Rasulullah, “Tidaklah dari seorang MusIim yang tertusuk duri atau yang Iebih ringan (sakitnya) darinya, kecuali dicatat baginya derajat dan dihapus darinya dengan hal itu kesalahan (HR. Muslim). lnilah alasan Alhamdulillah saat sakit yang kedua.
Alasan Alhamdulillah yang ketiga, adalah karena Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya sebaik-baik doa adalah AIhamduIillah.” (HR.Tirmidzi). doa kita yakin bahwa kesembuhan itu hanya milik Allah, dan doa adalah satu-satunya cara untuk nnendapatkannya, maka berdoalah. Dan sebaik baik doa adalah Alhamdulillah. Maka ketika kita ditanya, “Bagaimana sakitmu?” Kini kita akan menjawab “Alhamdulillah”. karena dalam “Alhamdulillah” bukan hanya untuk menyibak kesedihan, tapi ia juga merupakan doa. Doa terbaik untuk kesembuhan diri kita.
Dalam panjatan doa “Alhamdulillah” ada husnudzon, keyakinan dan keridhaan. Dimana semua hal tersebut adalah tangga yang mempercepat terkabulnya segala hajat.
Wallahu a’lam Bisshowab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar